Soko Berita

Menpar Widiyanti: Sektor Pariwisata Alat Pertahanan Ekonomi Nasional Hadapi Tekanan Tarif Timbal Balik AS

Menurut Menpar, Indonesia mampu mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama yang bebas dari hambatan perdagangan.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
07 April 2025

Dok. Kemenpar

SOKOGURU, Jakarta-  Merespon kebijakan Tarif Resiprokal Presiden Trump, Pemerintah Indonesia segera menghitung dampak pengenaan tarif AS tersebut terhadap sektor-sektor dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto bahkan segera berkomunikasi dan mendatangi Malaysia yang saat ini bertindak selaku Keketuaan ASEAN tahun 2025 untuk menindaklanjuti kebijakan Tarif Resiprokal Presiden Trump.

Di tengah munculnya banyak respon terhadap kebijakan Trump tersebut, Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana, menegaskan, sektor pariwisata dapat menjadi alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat kebijakan tarif dagang dari Amerika Serikat (AS). 

Baca juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Legislator Dorong Diplomasi Cerdas dan Proteksi Industri Dalam Negeri

Pernyataan ini merespons kebijakan ‘Tarif Timbal Balik’ yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk impor dari sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Menurut Menpar Widiyanti, Indonesia mampu mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama yang bebas dari hambatan perdagangan.

“Ketika ekspor barang terkena tarif tinggi, kita harus melihat sektor lain yang bisa menjadi penyeimbang. Pariwisata adalah bentuk ekspor jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang. Dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, kita dapat menjaga stabilitas Rupiah dan cadangan devisa,” ujar Menpar Widiyanti dalam keterangan resmi Kemenpar beberapa waktu lalu.

Ia pun mengajak para pemangku kepentingan di sektor pariwisata untuk memperhatikan tiga strategi utama dalam menghadapi dinamika perdagangan global yakni,

Pertama,  Pariwisata Sebagai Ekspor Jasa Penyeimbang.

Menurut  Menpar, dengan kekayaan alam, seni budaya, juga kreativitas masyarakat yang ada, Indonesia memiliki potensi inheren pariwisata yang sangat tinggi. 

Baca juga: Merespons Tarif Resiprokal AS, Menko Airlangga Ke Malaysia Lakukan Koordinasi di Tingkat ASEAN

Namun, persebaran 13,9 juta wisatawan mancanegara yang hadir di Indonesia saat ini masih sangat terpusat di destinasi tertentu.

Kemenpar mengajak pelaku usaha pariwisata di seluruh daerah untuk bersiap dan beraksi, memanfaatkan peluang dari perubahan dinamika global  untuk menggiatkan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia. Kesiapan destinasi, produk wisata, usaha pariwisata, tenaga kerja, hingga promosi yang terarah, katanya, perlu diupayakan secara terintegrasi. “Didukung upaya promosi dan pengembangan yang Pemerintah lakukan, Kemenpar optimistis upaya ini akan menjadi sumber devisa yang tinggi, memitigasi dinamika global dan menjadi ekspor jasa penyeimbang,” imbuh Widiyanti.

Kedua, otimalisasi UMKM & Ekonomi Lokal Penyedia Jasa Pariwisata.

Kemenpar mengingatkan seluruh pemangku kepentingan, potensi pariwisata Indonesia yang luas tidak hanya terbatas di destinasi tertentu saja, tetapi juga dimulai dari desa. 

Baca juga: Indonesia Segera Memitigasi Dampak Negatif Tarif Resiprokal 32% dari AS pada Perekonomian Nasional

“Kemenpar terus mengembangkan desa wisata dan mendorong aktivitas ekonomi berbasis pariwisata di seluruh Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk mendistribusikan manfaat ekonomi secara merata dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor ekspor manufaktur yang terkena dampak tarif,” kata Menpar lagi.

Ketiga, fokus pada pengembangan High-Quality Tourism.

Kemenpar mengajak pelaku usaha pariwisata di semua destinasi untuk tidak semata-mata mengejar jumlah kunjungan, namun juga mengusahakan pengalaman wisata berkualitas yang menarik pengeluaran berwisata lebih tinggi. 

Data historis menunjukkan, segmen wisatawan yang rela mengeluarkan biaya untuk pengalaman wisata berkualitas relatif memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fluktuasi harga global. 

Kemenpar mengidentifikasi, ruang untuk pelaku usaha pariwisata Indonesia untuk mengembangkan hal ini masih terbuka luas dan Kemenpar mendukung penuh upaya ini. 

“Inilah juga yang Kemenpar bawa dalam program unggulan Pariwisata Naik Kelas, yang berfokus pada sektor maritim, gastronomi, dan wellness,” jelas Menteri Widiyanti.

Dengan langkah-langkah tersebut, imbuh Menpar, pihaknya optimistis  sektor pariwisata tidak hanya mampu menopang perekonomian nasional di tengah tekanan eksternal, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai destinasi unggulan di kancah global. (SG-1)